REKAMAN SEJARAH DALAM GAMBAR

REKAMAN SEJARAH DALAM GAMBAR
KERJA RODI

ALBOEM JAKARTA TEMPO DOELOE

Senin, 11 Januari 2010

 
F. INDONESIA ZAMAN KEMERDEKAAN DAN MENGISI KEMERDEKAAN
1. PERJALANAN BERLIKU SANG PROKLAMATOR
Nama:
Ir. Soekarno
Nama Panggilan:
Bung Karno
Nama Kecil:
Kusno.
Lahir:
Blitar, Jatim, 6 Juni 1901
Meninggal:
Jakarta, 21 Juni 1970
Makam:
Blitar, Jawa Timur
Gelar (Pahlawan):
Proklamator
Jabatan:
Presiden RI Pertama (1945-1966)
Isteri dan Anak:
Tiga isteri delapan anak
Isteri Fatmawati, anak: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh
Isteri Hartini, anak: Taufan dan Bayu
Isteri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.
Ayah:
Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu:
Ida Ayu Nyoman Rai
Pendidikan:
HIS di Surabaya (indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)
HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926
Ajaran:
Marhaenisme
Kegiatan Politik:
Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927
Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929
Bergabung memimpin Partindo (1931)
Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945
Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 194

a. Potret Kehidupan Soekarno
“Aku adalah putra seorang ibu Bali dari kasta Brahmana. Ibuku, Idaju, berasal dari kasta tinggi. Raja terakhir Singaraja adalah paman ibuku. Bapakku dari Jawa. Nama lengkapnya adalah Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden adalah gelar bangsawan yang berarti, Tuan. Bapak adalah keturunan Sultan Kediri...”.
Demikian yang dikatakan Bung Karno dalam buku ”Sang Putera Fajar”. Sebagai orang keturunan Jawa berdarah Bali (blasteran Jawa-Bali) dan kebetulan dari darah ningrat dan berkasta Brahmana, mungkin sudah jadi suratan takdir , kalau suatu saat nanti ia muncul sebagai seorang pemimpin bagi bangsa Indonesia. Keberuntungan itu bukan faktor kebetulan, tapi lebih dikarenakan faktor genetika yang mengalir di tubuh Soekarno, sampai saatnya nanti benar-benar memimpin negeri yang sedang berjuang mengusir penjajah. Ditilik dari darah ningrat yang berasal dari ayahnya dan ditambah darah brahmana yang berasal dari ibunya, merupakan suatu perpaduan yang unik dan menarik buat bahan pelajaran. Seorang Soekarno yang berbeda dari anak lainnya, karena ’mungkin’ satu-satunya anak yang memiliki dua darah bercampur dan menitis ke dalam dirinya.
”Masa kanak-kanakku tidak berbeda dengan David Copperfield Aku dilahirkan ditengah-tengah kemiskinan dan dibesarkan dalam kemiskinan. Aku tidak mempunjai sepatu. Aku mandi tidak dalam air jang keluar dari kran. Aku tidak mengenal sendok dan garpu. Ketiadaan jang keterlaluan demikian ini dapat menjebabkan hati ketjil didalam mendjadi sedih. Dengan kakakku perempuan Sukarmini, jang dua tahun lebih tua daripadaku, kami merupakan suatu keluarga jang terdiri dari empat orang. Gadji bapak f 25 sebuIan. Dikurangi sewa rumah kami di Djalan Pahlawan 88, neratja mendjadi f 15 dan dengan perbandingan kurs pemerintah f 3,60 untuk satu dollar dapatlah dikira-kira betapa rendahnja tingkat penghidupan keluarga kami. Ketika aku berumur enam tahun kami pindah ke Modjokerto. Kami tinggal didaerah jang melarat dan keadaan tetangga-tetangga kami tidak berbeda dengan keadaan sekitar itu sendiri, akan tetapi mereka selalu mempunjai sisa uang sedikit untuk membeli pepaja atau djadjan lainnja”.
Pada kutipan diatas, Soekarno menceritakan keadaan yang melingkupi kehidupan di dalam keluarganya, yang terasa sangat tidak layak alias miskin. Masa kecilnya tidak lah seperti ukuran masa kecil anak-anak jaman sekarang. Meski ia dilahirkan dari darah ningrat (Raden) dan Brahmana (Kasta tertinggi dalam Agama Hindu selain Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria), namun ia merasakan tidak seberuntung anak-anak yang lain, yang umumnya juga berasal dari keturunan bangsawan (jawa), karena biasanya anak-anak yang dilahirkan dari lingkup bangsawan hidupnya berkecukupan. Mereka hdiup dari ayahnya yang diangkat oleh Belanda menjadi bupati, hidupnya terjamin dengan fasilitas yang lebih dari cukup.
”Tapi aku tidak. Tidak pernah. Lebaran adalah hari besar bagi ummat Islam, hari penutup dari bulan puasa, pada bulan mana para penganutnja menahan diri dari makan dan minum ataupun tidak melewatkan sesuatu melalui mulut mulai dari terbitnja matahari sampai ia terbenam lagi. Kegembiraan dihari Lebaran sama dengan hari Natal. Hari untuk berpesta dan berfitrah. Akan tetapi kami tak pernah berpesta maupun mengeluarkan fitrah. Karena kami tidak punja uang untuk itu. Dimalam sebelum Lebaran sudah mendjadi kebiasaan bagi kanak-kanak untuk main petasan. Semua anak-anak melakukannja dan diwaktu itupun mereka melakukannja. Semua, ketjuali aku”.
Kesederhanaan Soekarno terlihat sekali dalam kutipan di atas. Soekarno sangat sedih, karena tidak seperti anak-anak lainnya yang seharusnya dilewati pada masa kanak-kanaknya. Ketika hari raya lebaran tiba ia hanya berbaring di tempat tidurnya, tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia hanya mengintip, itu yang dilakukannya, dari celah-celah atau lubang yang kecil soekarno arahkan matanya keluar dari celah yang lebarnya sebesar batu bata. Ia hanya bisa meratpi dirinya yang malang, karena ia tak mampu membeli petasan sebagaimana teman-temanya biasa membeli dan memasang/membakar petasan di hari raya lebaran itu.
”Dihari Lebaran lebih setengah abad jang lalu aku berbaring seorang diri dalam kamar-tidurku jang ketjil jang hanja tjukup untuk satu tempat-tidur. Dengan hati jang gundah aku mengintip keluar arah kelangit melalui tiga buah lobang-udara jang ketjil-ketjil pada dinding bambu. Lobang-udara itu besarnja kira-kira sebesar batubata. Aku merasa diriku sangat malang. Hatiku serasa akan petjah. Disekeliling terdengar bunji petasan berletusan disela oleh sorak-sorai kawankawanku karena kegirangan. Betapa hantjur-luluh rasa hatiku jang ketjil itu memikirkan, mengapa semua kawan-kawanku dengan djalan bagaimanapun dapat membeli petasan jang harganja satu sen itu—dan aku tidak ! ”
”Alangkah dahsjatnja perasaan itu. Mau mati aku rasanja. Satu-satunja djalan bagi seorang anak untuk mempertahankan diri ialah dengan melepaskan sedu-sedan jang tak terkendalikan dan meratap diatas tempat-tidurnja. Aku teringat ketika aku menangis kepada ibu dan mengumpat, ,,Dari tahun ketahun aku selalu berharap-harap, tapi tak sekalipun aku bisa melepaskan mertjon." Aku sungguh menjesali diriku sendiri. Kemudian dimalam harinja datang seorang tamu menemui bapak. Dia memegang bungkusan ketjil ditangannja. ,,Ini," katanja sambil mengulurkan bingkisan itu kepadaku. Aku sangat gemetar karena terharu mendapat hadiah itu, sehingga hampir tidak sanggup membukanja. Isinja petasan. Tak ada harta, lukisan ataupun istana didunia ini jang dapat memberikan kegembiraan kepadaku seperti pemberian itu. Dan kedjadian ini tak dapat kulupakan untuk selama-lamanja. Kami sangat melarat sehingga hampir tidak bisa makan satu kali dalam sehari. Jang terbanjak kami makan ialah ubi kaju, djagung tumbuk dengan makanan lain. Bahkan ibu tidak mampu membeli beras murah jang biasa dibeli oleh para petani. Ia hanja bisa membeli padi”.
Waktu kecil Bung Karno adalah namanya Kusno, seperti lazimnya anak Indonesia lainnya. Bila seorang anak yang masa kecilnya dipanggil ’ujang’, berarti ia berasal dari daerah Sunda, bila seorang anak yang masa kecilnya dipanggil ’entong’, berarti ia berasal dari Betawi atau Jakarta; begitupun dengan panggilan akrab untuk seorang anak perempuan, ada yang dipanggil ’neng’ untuk daerah Sunda atau ’nduk’ uintuk daerah Jawa. Panggilan akrab lainnya juga tertuju pada nama untuk mudah diingat, seperti ’Ahmad’ dipanggilnya ’Mamad’, untuk ’Mahmudin’ dipanggilnya ’Udin’ dan sebagainya. Kebiasan-kebiasaan menyingkat nama atau juga yang tidak berkenaan dengan namanya (menyimpang dari nama aslinya) pun lazim dilakukan oleh para orangtua di negeri ini. Selain itu ada kebiasaan untuk mengganti nama seorang anak jika si anak memiliki nama kecenderungan sakit-sakitan atau senantiasa mendapat musibah, sehingga bagi orangtua perlu mengganti nama anaknya tersebut.
Nama kelahiranku adalah Kusno. Aku memulai hidup ini sebagai anak jang penjakitan. Aku mendapat malaria, disenteri, semua penjakit dan setiap penjakit. Bapak menerangkan, ,,Namanja tidak tjotjok. Kita harus memberinja nama lain supaja tidak sakit-sakit lagi."Bapak adalah seorang jang sangat gandrung pada Mahabharata, tjerita klasik orang Hindu djaman dahulu kala. Aku belum mentjapai masa pemuda ketika bapak menjampaikan kepadaku ,,Kus, engkau akan kami beri nama Karna. Karna adalah salah-seorang pahlawan terbesar dalam tjerita Mahabharata." ,,Kalau begitu tentu Karna seorang jang sangat kuat dan sangat besar," aku berteriak kegirangan.,,Oh, ja, nak," djawab bapak setudju. ,,Djuga setia pada kawan-kawannja dan kejakinannja, dengan tidak mempedulikan akibatnja. Tersohor karena keberanian dan kesaktiannja. Karna adalah pedjoang bagi negaranja dan seorang patriot jang saleh.",,Bukankah Karna berarti djuga 'telinga ?" aku bertanja agak kebingungan,,Ja, pahlawan-perang ini diberi nama itu disebabkan kelahirannja. Dahulu kala, sebagaimana dikisahkan oleh Mahabharata, ada seorang puteri jang tjantik. Pada suatu hari, selagi bermain-main dalam taman, puteri Kunti terlihat oleh Surja Dewa Matahari. Batara Surja hendak bertjinta-tjintaan dengan puteri itu, oleh sebab itu dia memeluk dan membudjuknja dengan keberanian dan tjahaja panasnja.

Soekarno yang dilahirkan pada saat fajar, menurut kebiasaan orang jawa akan sangat berpengaruh pada kehidupannya kelak. Fajar menandakan saat orang-orang harus bangun dan bekerja untuk meraih harapan dan keinginan. Fajar juga menandakan kecerahan dan keceriaan. Mungkin, dengan tanda ini soekarno akan menjadi putera sang fajar, yang bakal memberikan kecerahan dan kebahagaiaan bagi orang banyak. Namun bagi mereka yang dilahirkan pada malam hari mungkin memiliki sifat pendiam dan penakut. Selain itu bagi masyarakat jawa yang dikenal dekat dan lekat dengan budaya peninggalan nenek moyang (baca: memelihara budaya lama), sering membuat sesaji bagi para leluhur yang telah pergi ke alam baka, yang biasa dikenal dengan kemenyan, disertai bunga-bunga dan sesajian berupa makanan dan penerangan lampu yang terbuat dari sumbu dan minyak kelapa. Bukan cuma itu, ketika sang jabang bayi lahir, maka ari-arinya diambil dan ditaruh pada wadah yang sudah disiapkan berupa secarik kain putih dan diperlengkapi dengan bawang merah (satu diantaranya) dan sebuah kendi berisi air untuk kemudian dibacakan do’a/mantera, lalu dikuburkan dipekarangan rumah (depan atau belakang rumah) disertai penerangan
b. Perjalanan Menuju Istana
Ketika negeri Indonesia sedang bergolak melawan penjajahan Belanda, Soekrano, yang ketika kecilnya dipanggil Kusno, memiliki keinginan untuk turut berjuang membebaskan negerinya dari penjajahan. Maka tatkala idea itu muncul, Soekarno segera merancang gagasan besar untuk diabdikan pada bangsa dan tanah airnya, yakni dengan cara membentuk sebuah organisasi massa/politik.
a.1. Mendirikan Organisasi Masa dan Politik
a.2. Berguru Kepada H.O.S. Tjokroaminoto
a.3. Beristerikan Bu Inggit dan Fatmawati
a.4. Memiliki Putera Puteri
c. Menjadi Presiden dan Menyusun Kabinet
d. Membangun Monumen Nasional dan Masjid Istiqlal (Proyek Mercusuar)
e. Kebijakan Yang Ditawarkan
f. Menghadapi Issue Pemberontakan
g. Pertanggungjawaban Yang Ditolak (NAWAKSARA)
h. SUPERSEMAR Yang Misterius (Akhir Yang Dramatis dan Tragis)
i. Lampiran Pidato-Pidato Bung Karno

2. PERJALANAN PANJANG SOEHARTO YANG DRAMATIS
Sebagai seorang anak yang dilahirkan di sebuah desa yang bernama Kemusuk, Soeharto dilahirkan pada tanggal 8 Juni 1921 di Kota Yogyakarta dengan beribukan Sukirah dan berayah Kertosudiro, memang ditakdirkan untuk menjadi seorang presiden, meski ada misteri yang menyelimuti seputar jati dirinya, apakah dia memang seorang keturunan cina atau seorang pribumi (Indonesia Asli). Perdebatan demi perdebatan atau mungkin juga omongan-omongan ‘ngawur’ orang-orang yang ingin tahu kehidupan yang ada di diri soeharto. Ada yang meyakini kalau soeharto itu bukanlah orang indonesia, tapi berasal dari keluarga atau keturunan cina. Memang pernah ada sebuah majalah yang menerbitkan tentang jati diri soeharto, yakni majalah Selecta atau Variasi, yang memuat
11 Jan 2010

0 komentar:

Posting Komentar

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

ALBOEM JAKARTA TEMPO DOELOE