
BAB 1 : PROLOG G-30-S
KONFLIK KUBU
Indonesia 1960-an termasuk negara yang tidak disukai oleh blok Barat pimpinan
Amerika Serikat (AS). Di era Perang Dingin itu konflik utama dunia terjadi antara Kapitalis (dipimpin AS) melawan Komunis (RRT dan Uni Soviet). AS sedang bersiap-siap mengirim ratusan ribu pasukan untuk menghabisi komunis di Korea Utara. Sementara di Indonesia Partai Komunis (PKI) merupakan partai legal. Saat kebencian AS terhadapIndonesia memuncak dengan menghentikan bantuan, Presiden Soekarno menyambutnya dengan pernyataan keras: Go to hell with your aid. Sebagai pemimpin negara yang relatif baru lahir, Presiden Soekarno menerapkan kebijakan berani: Berdiri pada kaki sendiri.
Dasar sikap Soekarno itu jelas: AlamIndonesia kaya
raya. Minyak di Sumatera dan Sulawesi, hutan maha lebat diKalimantan ,
emas di Irian, serta ribuan pulau yang belum terdeteksi kandungannya.
Semua itu belum mampu dieksplorasi oleh bangsa kita. Kekayaan alam ini
dilengkapi dengan lebih dari 100 juta penduduk yang merupakan pasar
potensial, sehingga ada harapan sangat besar bahwa pada suatu
saatIndonesia akan makmur tanpa bantuan Barat. Ini pula yang mengilhami
sikap konfrontatif Bung Karno: Ganyang Nekolim (neo-kolonialisme &
imperialisme). Bung Karno menyatakan,Indonesia hanya butuh pemuda
bersemangat untuk menjadi bangsa yang besar.
Akibatnya, sikap AS juga menjadi jelas: Gulingkan
Presiden Soekarno.SikapAS ini didukung oleh komplotannya, Inggris
danAustralia .SejakAS menghentikan bantuannya, mereka malah membangun
hubungan dengan faksi-faksi militerIndonesia. Mereka melengkapi dan
melatih para perwira dan pasukanIndonesia . Melalui operasi intelijen
yang dimotori oleh CIA, mereka menggelitik militer untuk merongrong Bung
Karno. Usaha kudeta muncul pada bulan November 1956. Deputi Kepala Staf
TNI AD Kolonel Zulkifli Lubis berusaha menguasai Jakarta dan
menggulingkan pemerintah. Namun usaha ini dipatahkan. Lantas, di
Sumatera Utara dan Sumatera Tengah militer berupaya mengambil-alih
kekuasaan, tetapi juga gagal. Militer – dengan pasokan bantuan AS –
seperti mendapat angin untuk menganggu Bung Karno.
Namun, Bung Karno masih mampu menguasai keadaan,
karena banyak perwira militer yang sangat loyal pada Bung Karno, kendati
usaha AS menjatuhkan Bung Karno terus dirancang.
Sayangnya, konstelasi politik dalam negeriIndonesia pada saat itu juga tidak stabil. Bung Karno berupaya keras menciptakan kestabilan, namun kondisi memang sangat rumit.Ada tiga unsur kekuatan yang mendominasi politikIndonesia , yaitu:
1. Unsur Kekuatan Presiden RI
2. Unsur Kekuatan TNI AD
3. Unsur Kekuatan PKI (Partai KomunisIndonesia ).
Sayangnya, konstelasi politik dalam negeriIndonesia pada saat itu juga tidak stabil. Bung Karno berupaya keras menciptakan kestabilan, namun kondisi memang sangat rumit.Ada tiga unsur kekuatan yang mendominasi politikIndonesia , yaitu:
1. Unsur Kekuatan Presiden RI
2. Unsur Kekuatan TNI AD
3. Unsur Kekuatan PKI (Partai KomunisIndonesia ).
Unsur kekuatan Presiden RI, yakni Presiden RI
sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Perdana Menteri, Pemimpin
Besar Revolusi dan Presiden seumur hidup, yakni Ir. Soekarno yang akrab
dipanggil Bung Karno. Anggota Kabinet Dwikora masuk dalam unsur kekuatan
ini.
Unsur kekuatan TNI AD ada dua kubu: Kubu Yani (Letjen TNI Ahmad Yani) dan Kubu Nasution (Letjen TNI Abdul Haris Nasution). Soeharto awalnya termasuk dalam Kubu Nasution, walaupun kelak mendirikan kubu sendiri.
Unsur kekuatan TNI AD ada dua kubu: Kubu Yani (Letjen TNI Ahmad Yani) dan Kubu Nasution (Letjen TNI Abdul Haris Nasution). Soeharto awalnya termasuk dalam Kubu Nasution, walaupun kelak mendirikan kubu sendiri.
Sedangkan unsur PKI berkekuatan sekitar tiga juta
anggota. Itu didukung oleh sekitar 7 juta anggota organisasi-organisasi
onderbouw PKI seperti BTI, SOBSI dan Gerwani. Dengan jumlah itu PKI
merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia setelah RRT dan Uni
Soviet. Dalam Pemilu 1957 PKI menempati urutan ke-4. Dan, sebagaimana
umumnya partai besar, PKI juga memiliki anggotanya di kabinet.
Mereka adalah DN Aidit, Menko/Ketua MPRS, Lukman
sebagai Menko Wakil Ketua DPRGR dan Nyoto Menteri Urusan Land-reform.
Sebenarnya, sejak 17 Oktober 1952 pemerintahan Soekarno sudah mulai
digoyang. Kubu Nasution membentuk Dewan Banteng dan Dewan Gajah di
Sumatera Selatan. Yang disebut dewan ini hanya penggalangan massa oleh
kubu Nasution, namun mereka terang-terangan menyebut diri sebagai
pemerintahan tandingan. Penyebab
utamanya adalah karena mereka tidak suka melihat kemesraan hubungan Soekarno- PKI.
Gerakan Kubu Nasution tidak cukup hanya menggalangmassa sipil, namun juga mempengaruhi militer agar ikut mendukung gerakannya. Sebagai petinggi militer, bagi Nasution, itu adalah hal mudah.
utamanya adalah karena mereka tidak suka melihat kemesraan hubungan Soekarno- PKI.
Gerakan Kubu Nasution tidak cukup hanya menggalangmassa sipil, namun juga mempengaruhi militer agar ikut mendukung gerakannya. Sebagai petinggi militer, bagi Nasution, itu adalah hal mudah.
Caranya, antara lain, Perjuangan Pembebasan Irian
Barat digunakan untuk membentuk Gerakan Front Nasional yang aktif di
kegiatan politik. Inilah awal usaha melibatkan militer ke dalam kegiatan
politik yang kelak dilestarikan oleh Orde Baru. Di sisi lain, Kubu
Nasution menggalang simpati rakyat dengan membentuk BKS yang melibatkan
para pemuda, partai politik, para petani, yang menyatu dengan militer di
bawah payung TNI AD. Saat itu saya langsung membuat kesimpulan: Inilah
doktrin perang tingkat regional (karena memanfaatkan Perjuangan
Pembebasan Irian Barat) hingga tingkat desa (melibatkan petani). Maka,
lengkaplah suatu gerakan menentang pemerintah yang terencana dengan
rapi, cerdik dan memiliki kekuatan cukup potensial. Berdasarkan laporan
intelijen saya, CIA berada di belakang Nasution Presiden Soekarno
akhirnya mengetahui gerakan menentang pemerintah itu. Soekarno tahu
bahwa pemerintah sedang terancam. Ia juga tahu bahwa biang keroknya
adalah Nasution. Maka, Soekarno pun langsung menghantam ulu hati
persoalan dengan cara membatasi peranan Nasution. Jabatan Nasution
sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata tetap dipertahankan, tetapi
peranannya dibatasi. Nasution diberi tugas oleh Soekarno dalam urusan
administratif pasukan. Nasution dilarang ikut campur urusan operasional
prajurit. Itu sama artinya Nasution dimasukkan ke dalam kotak.
Gerakan Presiden itu diimbangi dengan pengangkatan
Letjen A. Yani sebagai Menpangad. Tugasnya, secara formal, jelas
memimpin pasukan TNI AD, namun di balik itu Yani mendapat misi khusus
dari Presiden agar membatasi desakan Kubu Nasution terhadap pemerintah.
Ini semacam operasi intelijen. Akibatnya, hubungan Nasution dengan Yani
memburuk.
Mulanya, konflik Nasution-Yani tidak tampak di permukaan. Hanya kalangan elite saja yang memahami situasi yang sebenarnya, sejak Yani diangkat. Tetapi, beberapa waktu kemudian Yani mengganti beberapa Panglima Daerah Militer (Pangdam) . Para Pangdam yang diganti kemudian diketahui bahwa mereka adalah orang-orangnya Nasution. Karena itu, tampaklah peta situasi yang sesungguhnya.
Mulanya, konflik Nasution-Yani tidak tampak di permukaan. Hanya kalangan elite saja yang memahami situasi yang sebenarnya, sejak Yani diangkat. Tetapi, beberapa waktu kemudian Yani mengganti beberapa Panglima Daerah Militer (Pangdam) . Para Pangdam yang diganti kemudian diketahui bahwa mereka adalah orang-orangnya Nasution. Karena itu, tampaklah peta situasi yang sesungguhnya.
Itu gerakan militernya. Sedangkan gerakan sipilnya,
Presiden Soekarno bersama Wakil Perdana Menteri I, Dr. Soebandrio
(saya) memindahkan kedudukan Nasution dari Kepala Staf Angkatan
Bersenjata ke Penasihat Presiden. Itu terjadi menjelang akhir tahun
1963. Tentu saja Nasution harus tunduk pada perintah Presiden. Tidak ada
alasan dia untuk mbalelo. Sebab, di kalangan tentara sendiri sudah
khawatir terjadi perpecahan ketika hubungan nasution dengan A. Yani
memanas, sehingga jika seandainya Nasution melakukan tindakan
membangkang, pasti tidak akan didukung oleh pasukan di tingkat bawah.
Dan, kemungkinan ini pasti sudah dihitung secara
cermat oleh Nasution. Itu sebabnya ia tunduk.
cermat oleh Nasution. Itu sebabnya ia tunduk.
Langkah selanjutnya bagi Soekarno yaitu tinggal
menggunduli sisa-sisa kekuatan Kubu nasution. Antara lain, PARAN
(Panitia Retooling Aparatur negara, sebuah komisi penyelidik anti
korupsi yang dibentuk Nasution) dibubarkan pada awal tahun 1964. Sebagai
gantinya, Soekarno membentuk Komando Tertinggi Retooling Aparatur
Revolusi (KOTRAR) yang dipimpin oleh orang kepercayaan Soekarno, Dr.
Soebandrio (saya). Untuk memperkuat, Yani ditunjuk oleh Presiden menjadi
Kepala Staf KOTRAR. Dari perpektif Soekarno, retaknya hubungan antara
Yani dan Nasution sudah merupakan kemenangan. Apalagi, kemudian Nasution
dicopot dari posisi strategis dan dimasukkan ke dalam kotak. Dengan
begitu, politik Negara dalam Negara yang sempat diciptakan oleh Nasution
berubah menjadi sangat lemah. Melihat kondisi demikian, para pimpinan
Angkatan Bersenjata justru cemas. Mereka khawatir, konflik antara
Nasution dan Yani itu akan merembet ke prajurit di lapisan bawah. Kalau
itu terjadi, tentu akibatnya bisa fatal. Kekhawatiran ini lantas
disampaikan kepada Presiden. Karena itu, Presiden Soekarno menugaskan
beberapa perwira senior, termasuk Mayjen Soeharto dan Pangdam Jawa Timur
Basuki Rahmat, untuk menemui Nasution. Tugasnya, menyarankan kepada
Nasution agar
menyesuaikan diri dengan jalur yang sudah digariskan oleh Presiden Soekarno. Jangan sampai ada pembangkangan.
menyesuaikan diri dengan jalur yang sudah digariskan oleh Presiden Soekarno. Jangan sampai ada pembangkangan.
Dua kubu yag berkonflik itu pada dasarnya sama-sama
anti-PKI. Meskipun Yani berada di pihak Bung Karno, namun Yani tidak
menyukai PKI akrab dengan Bung Karno. Sementara, Soeharto yang ditugasi
menjadi perantara mendamaikan Nasution dan Yani, cenderung berpihak
kepada Nasution.
Konflik antara Nasution dan Yani itu ternyata tidak
gampang didamaikan. Suatu hari di awal tahun 1965 ada pertemuan penting
yang dihadiri 12 jenderal AD di Mabes AD. Sebenarnya Nasution dan Yani
juga diundang dalam pertemuan itu, namun keduanya sama-sama tidak
datang. Mereka diwakili oleh penasihat masing-masing. Padahal, pertemuan
itu diselenggarakan dalam upaya mendamaikan Nasution dengan Yani.
Alhasil, pertemuan penting itu tidak mencapai tujuan utamanya, karena
mereka yang berkonflik tidak datang sendiri dan hanya diwakili.
Pada pertengahan April 1965 ada pertemuan yang
lebih besar lagi. Kali ini pertemuan dihadiri oleh sekitar 200 perwira
militer di Mabes AD. Dalam pertemuan itu Nasution dan Yani juga tidak
datang. Namun pertemuan itu melahirkan doktrin baru yang diberi nama:
Tri Ubaya Sakti. Pencetusnya adalah Soeharto. Intinya berisi tiga janji
jujur dari jajaran AD. Saya sudah lupa isi lengkapnya, namun
substansinya demikian: TNI berhak memberikan saran dan tugas politik tak
terbatas kepadaPresidenRI .
Doktrin itu menimbulkan kecemasan baru di kalangn
elite politik dan masyarakat intelektual, karena dengan begitu semakin
jelas bahwa AD mempertahankan politik Negara dalam Negara yang sudah
dirintis oleh Nasution. Ini juga berarti bahwa Kubu Nasution menang
terhadap Kubu Yani yang didukung oleh Presiden Soekarno.
POLITIK MUKA DUA
Soeharto, salah satu perwira yang ditugasi menjadi perantara mendamaikan Yani dan Nasution, berada di posisi yang tidak enak, karena Soeharto memiliki memori buruk dengan Nasution maupun Yani. Penyebabnya adalah perilaku Soeharto sendiri yang buruk. Itu terjadi saat Soeharto masih di Divisi Diponegoro. Ceritanya, saat di Divisi Diponegoro Soeharto menjalin hubungan dengan pengusaha Cina, Liem Sioe Liong (kelak mendapat perlakuan istimewa dari Soeharto, sehingga Liem menjadi pengusaha terbesarIndonesia ). Perkawanan antara Soeharto dan Liem ini, antara lain, menyelundupkan berbagai barang. Soeharto pernah berdalih bahwa penyelundupan itu untuk kepentingan Kodam Diponegoro. Berita penyelundupan itu cepat menyebar. Semua perwira saat itu mengetahuinya. Bahkan terungkap bahwa penyelundupan itu bukan untuk kepentingan Kodam, tetapi duitnya masuk kantong Soeharto dan Liem.
Saat mengetahui ulah Soeharto, kontan Yani marah.
Pada suatu kesempatan Yani bahkan sampai menempeleng Soeharto, karena
penyelundupan itu dinilai memalukan korps. AH Nasution lantas
mengusulkan agar Soeharto diadili di mahkamah militer dan segera dipecat
dari AD. Namun, Mayjen Gatot Subroto mencegah, dengan alasan bahwa
perwira ini masih bisa dibina. Gatot lantas mengusulkan kepada Presiden
Soekarno agar Soeharto diampuni dan disekolahkan di Sekolah Staf Komando
Angkatan Darat (Seskoad) di Bandung.
Presiden Soekarno setuju saja. Karena itu, Soeharto
masuk Seskoad dan diterima oleh Dan Seskoad Brigjen Suwarto. Saat itu
Seskoad tidak hanya mengajarkan pendidikan kemiliteran, tapi juga bidang
ekonomi dan pemerintahan.Para
perwira di Seskoad berfungsi sebagai guru teori Negara dalam Negara.
Karena itulah, saat Soeharto ditugasi menjadi perantara mendamaikan Yani
dengan Nasution, ia berada di posisi serba tidak enak. Yani pernah
menempelengnya, sedangkan Nasution pernah mengusulkan agar dia dipecat
dari AD dan diadili di Mahkamah Militer. Tetapi, toh Soeharto memilih
berpihak ke Nasution, sehingga yang kelihatan adalah bahwa Soeharto
berada di dalam Kubu Nasution.
Namun akhirnya Soeharto membangun kubu sendiri.
Kubu Soeharto terbentuk ketika kepercayaan AS terhadap Nasution mulai
luntur. Ini disebabkan oleh fungsi Nasution terhadap pemberontakan
Permesta, kampanye pembebasan Irian Barat dan slogan GanyangMalaysia
tidak efektif. Tiga hal itu membuat kepentingan AS terhadapIndonesia
khususnya dan Asia Tenggara umumnya, terganggu, sehingga AS tidak lagi
akrab dengan Nasution.KeakrabanAS dengan Nasution – dari perspektif AS –
awalnya perlu untuk mengimbangi kebijakan Bung Karno yang cenderung
lunak pada PKI. Di saat kepercayaan AS terhadap Nasution luntur dan
Soeharto sudah menjadi Pangkostrad, Soeharto membangun kubu sendiri.
Awal Januari 1965 di kantor KedutaanBesarRI untuk
Yugoslavia di Beograd, datang sepucuksurat yang ditujukan kepadaDubesRI
untukYugoslavia , Yoga Soegama (kelak dijadikan Kepala Bakin oleh
Soeharto). Pengirimnya adalah Pangkostrad Soeharto. Isinya: Yoga
ditawari pulang keJakarta dengan jabatan baru: Kepala Intelijen Kostrad.
Tawaran itu menarik bagi Yoga. Karena itu, pada 5 Februari 1965
Yoga sudah tiba di Jakarta, langsung menghadap Panglima Kostrad di
rumahnya, Jalan H Agus Salim. Mereka bermusyawarah disana . Itulah awal
terbentuknya Kubu Soeharto. Pemanggilan Yoga Soegama dari Beograd oleh
Soeharto itu mengandung tiga indikasi: Pertama, Yoga kembali keIndonesia
tidak melalui jalur normal. Seharusnya penarikan Yoga dari jabatan
DutaBesarRI untuk Yugoslavia di Beograd dilakukan oleh Menpangad Yani,
sebab Yoga adalah perwira AD. Tetapi, kenyataannya Yoga ditarik
olehsurat panggilan Pangkostrad Mayjen Soeharto. Kedua, tujuan
kepulangan Yoga ke tanah air adalah bersama-sama Soeharto menyabot
(sabotase) politik-politik Bung Karno. Ketiga, mereka bertujuan
menghancurkan PKI. Tiga indikasi ini bukan kesimpulan saya. Tetapi, ini
diungkapkan oleh Ali Moertopo (salah satu anggota trio
Soeharto-Yoga) dengan rasa bangga dan tanpa tedeng aling-aling (secara blak- blakan). Ali mengungkap hal itu dengangaya seperti orang tidak berdosa.
Soeharto-Yoga) dengan rasa bangga dan tanpa tedeng aling-aling (secara blak- blakan). Ali mengungkap hal itu dengangaya seperti orang tidak berdosa.
Bagi Soeharto, menarik seorang pejabat dengan cara
begitu adalah hal biasa. Padahal dia sudah melangkahi garis hubungan
hierarki dan komando. Dengan cara yang melanggar aturan itu dia
membentuk kubunya. Pokok-pokok masalah yang menjadi perhatian kubunya
sama sekali tidak menyangkut hal yang berkaitan dengan Panglima AD,
tetapi menyangkut politik nasional dan internasional. Perhatian kubu itu
tertuju pada Bung Karno dan PKI.
Kubu Soeharto disebut juga Trio Soeharto-Yoga-Ali.
Untuk selanjutnya kita sebut kelompok Bayangan Soeharto. Mereka bersatu
dengan cara-cara tersamar. Mereka bergerak di bawah permukaan. Awalnya
teman lama dan sudah merupakan satu tim kompak ketika sama-sama berada
di Kodam Diponegoro. Kekompakan trio ini sudah teruji saat mematahkan
rencana pimpinan AD memilih Pangdam Diponegoro.
Kekompakan mereka dilanjutkan diJakarta . Tentang
kekompakan trio Soeharto mematahkan rencana pimpinan AD, ceritanya
demikian: Saat itu pimpinan AD mencalonkan Kolonel Bambang Supeno
menjadi Pangdam Diponegoro. Rencana pencalonan Bambang itu kemudian
diketahui oleh para perwira disana . Soeharto yang saat itu masih
berpangkat Letnan Kolonel, juga
mendengar. Hebatnya, meskipun pangkat Soeharto lebih rendah dibanding Bambang Supeno, namun ia berani merebut posisi Pangdam. Caranya, dengan menggunakan strategi yang kotor namun terselubung.
mendengar. Hebatnya, meskipun pangkat Soeharto lebih rendah dibanding Bambang Supeno, namun ia berani merebut posisi Pangdam. Caranya, dengan menggunakan strategi yang kotor namun terselubung.
Di saat rencana pengangkatan Bambang Supeno menjadi
Pangdam Diponegoro bocor, ada sebuah rapat gelap di Kopeng, Jateng,
yang dihadiri beberapa perwira Kodam Diponegoro. Rapat itu dikoordinir
oleh Soeharto melalui salah satu anggota trionya, Yoga Soegama. Tetapi,
Soeharto sendiri tidak hadir. Intinya, rapat memutuskan bahwa Soeharto
harus tampil sebagai Pangdam Diponegoro. Jika tidak, Yoga dan Soeharto
akan manggalang kekuatan untuk bersama-sama menolak pencalonan Bambang
Supeno. Saat itu pencalonan Bambang menjadi Pangdam belum
ditandatangani oleh Presiden, sehingga Soeharto yang berupaya merebut jabatan itu harus berpacu dengan waktu.
ditandatangani oleh Presiden, sehingga Soeharto yang berupaya merebut jabatan itu harus berpacu dengan waktu.
Namun, ternyata skenario Soeharto (melalui Yoga)
ini tidak didukung oleh para perwira peserta rapat. Dari puluhan perwira
yang hadir, hanya seorang perwira kesehatan Kolonel dr.Suhardi yang
menandatangani, tanda setuju atau mendukung pernyataan sikap itu. Yang
lain tidak.
Yoga semula mengaku bahwa pertemuan itu tidak diberitahukan lebih dulu kepada Soeharto. Ini bisa diartikan bahwa bukan Soeharto pembuat skenario. Ketika dua orang utusan Kodam Diponegoro hendak keJakarta untuk meminta tanda tangan Presiden tentang pengangkatan Bambang Supeno, barulah rapat gelap itu disebarkan. Berdasarkan memori Yoga yang terungkap kemudian, rapat itu adalah gagasan Soeharto. Pengakuan awal Yoga bahwa Soeharto tidak mengetahui rapat tersebut – dikatakan Yoga – agar ridak menimbulkan kecurigaan dariJakarta bahwa Soeharto menggalang kekuatan, menolak pencalonan Bambang Supeno. Tetapi, tentang hal ini tidak ada konfirmasi, apakah benar rapat gelap itu dikoordinir Soeharto melalui Yoga atau atas inisiatif Yoga sendiri.
Yoga semula mengaku bahwa pertemuan itu tidak diberitahukan lebih dulu kepada Soeharto. Ini bisa diartikan bahwa bukan Soeharto pembuat skenario. Ketika dua orang utusan Kodam Diponegoro hendak keJakarta untuk meminta tanda tangan Presiden tentang pengangkatan Bambang Supeno, barulah rapat gelap itu disebarkan. Berdasarkan memori Yoga yang terungkap kemudian, rapat itu adalah gagasan Soeharto. Pengakuan awal Yoga bahwa Soeharto tidak mengetahui rapat tersebut – dikatakan Yoga – agar ridak menimbulkan kecurigaan dariJakarta bahwa Soeharto menggalang kekuatan, menolak pencalonan Bambang Supeno. Tetapi, tentang hal ini tidak ada konfirmasi, apakah benar rapat gelap itu dikoordinir Soeharto melalui Yoga atau atas inisiatif Yoga sendiri.
Sebagai pembanding: salah seorang anggota trio
Soeharto, Ali Moertopo, menyatakan bahwa pada saat itu ia adalah
komandan pasukan Raiders yang diminta membantu Yoga melancarkan operasi
intelijen. Tidak dirinci bentuk operasi intelijen yang dimaksud, namun
tujuannya adalah mengusahakan agar Soeharto menjadi Panglima Diponegoro.
Tetapi, Ali sama sekali tidak menjelaskan siapa yang meminta dia, Yoga
atau Soeharto. Atau mungkin kedua-duanya.
terlepas dari apakah Yoga berbohong atau tidak soal koordinator rapat gelap itu, tetapi rangkaian pernyataan Yoga dan Ali Moertopo itu menunjukkan adanya suatu komplotan Soeharto. Komplotan yang bergerak dalam operasi intelijen. Soeharto adalah dalang yang sedang memainkan wayang-wayangnya. Tentu, dalangnya tidak perlu terjun langsung. Akhirnya, nasib mujur bagi para wayang tersebut, karena komplotan ini berhasil. Bambang Supeno tidak jadi Pangdam, melainkan Soeharto yang tampil menjadi Pangdam Diponegoro.
terlepas dari apakah Yoga berbohong atau tidak soal koordinator rapat gelap itu, tetapi rangkaian pernyataan Yoga dan Ali Moertopo itu menunjukkan adanya suatu komplotan Soeharto. Komplotan yang bergerak dalam operasi intelijen. Soeharto adalah dalang yang sedang memainkan wayang-wayangnya. Tentu, dalangnya tidak perlu terjun langsung. Akhirnya, nasib mujur bagi para wayang tersebut, karena komplotan ini berhasil. Bambang Supeno tidak jadi Pangdam, melainkan Soeharto yang tampil menjadi Pangdam Diponegoro.
Dari proses komplotan itu bekerja, bisa digambarkan
jika seandainya Soeharto tidak jadi Pangdam dan skenario rapat gelap
itu terbongkar sehingga diketahui pimpinan AD, maka pasti Soeharto akan
terhindar dari jerat hukum. Ia bisa dengan mudah berkhianat sebab ia
tidak ikut rapat gelap itu. Yang paling berat risikonya tentu adalah
Kolonel dr. Suhardi. Saya menyimpulkan demikian, sebab hal itu pernah
dilakukan oleh Soeharto dan komplotannya ketika ia melakukan percobaan
kudeta pada 3 Juli 1946. Namun kudeta itu gagal dan Soeharto berbalik
arah mengkhianati komplotannya sendiri. Soeharto menangkap komplotannya
dan berdalih mengamankan negara.
Soal itu, sekilas saya ceritakan sebagai berikut:
Percobaan kudeta 3 Juli 1946 dilancarkan di bawah pimpinan Tan Malaka
dari Partai Murba. Tan Malaka mengajak kalangan militer Jawa Tengah,
termasuk Soeharto. Yang akan digulingkan adalah Perdana Menteri Sjahrir.
Awalnya, 20 Juni 1946 PM Sjahrir dan kawan-kawan diculik diSurakarta .
Penculiknya adalah kelompok militer di bawah komando Divisi III dipimpin
oleh Sudarsono. Soeharto selaku salah seorang komandan militerSurakarta
terlibat dalam penculikan itu.
2 Juli 1946 kelompok penculik berkumpul di markas
Soeharto sebanyak dua batalyon. Pasukan lantas dikerahkan untuk
menguasai beberapa sektor strategis seperti RRI dan Telkom. Malam itu
juga mereka menyiapkansurat keputusan pembubaran Kabinet Sjahrir dan
menyusun kabinet baru yang sedianya akan ditandatangani oleh Presiden
Soekarno di Istana NegaraYogyakarta , esok harinya.
SK dibuat dalam empat tingkat. Keputusan Presiden
dimuat dalam maklumat nomor 1, 2 dan 3. Semua maklumat mengarah ke
kudeta. Misalnya, maklumat nomor dua berbunyi demikian: Atas desakan
rakyat dan tentara dalam tingkatan kedua terhadap Ketua
RevolusiIndonesia yag berjuang untuk rakyat, maka kami atas nama Kepala
Negara hari ini memberhentikan seluruh kementrian negara Sutan
Sjahrir.Yogyakarta , 3 Juli 1946, tertanda: Presiden RI Soekarno.
Tetapi percobaan kudeta ini ternyata gagal.Para
pelakunya ditangkap dan ditahan. Persis pada saat itu Soeharto berbalik
arah. Ia yang semula berkomplot dengan penculik, berbalik menangkapi
komplotan penculik. Ia berdalih, keberadaannya sebagai anggota komplotan
penculik merupakan upaya Soeharto mengamankan penculik.
Itulah karakter Soeharto dan ia bangga dengan hal
itu. Soeharto tidak merasa malu berbalik arah dari penjahat menjadi
menyelamat. Malah, dalam buku otobiografinya, Soeharto menyebut sekilas
peristiwa itu, tetapi menurut versi dia yang tentu saja faktanya dia
balik sendiri. Pada awalIndonesia merdeka itu Soeharto sudah menerapkan
politik Bermuka Dua.
EMBRIO DEWAN JENDERAL
Pada akhir tahun 1963 saya selaku Waperdam dan Menlu berkunjung ke RRT. Ini kunjungan kenegaraan, saya mewakili Presiden Soekarno. Disana saya disambut hangat. Bisa jadi sambutan itu karena Indonesia punya PKI. Saya diterima sekaligus oleh tiga pimpinan puncak, Perdana Menteri Chou En-Lai, Presiden Mao Tse-Tung (Liu Shao-Chi?) dan Menlu Chen Yi. Kami tahu, mereka menaruh simpati pada Presiden Soekarno. Kepemimpinan Bung Karno dikagumi oleh banyak pemimpin negara-negara lain. Konferensi Asia-Afrika di Indonesia yag sukses, gerakan negara- negara Non-Blok ide Bung Karno, membuat beliau dikagumi oleh para pemimpin
dunia, termasuk pemimpin RRT.
Inti pembicaraan kami, pimpinan RRT menawarkan
kepada Indonesia bantuan peralatan militer untuk 40 batalyon tentara.
Ini peralatan lengkap, mulai dari senjata manual, otomatis, tank dan
kendaraan lapis baja. Hebatnya, semua itu gratis. Juga tanpa syarat.
Mendapat tawaran itu, saya atas nama Presiden mengucapkan terima kasih.
Tetapi saya belum bisa menjawab, sebab bukan kapasitas saya untuk
menerima atau menolak. Saya harus melaporkan hal ini kepada Presiden.
Dan begitu tiba di tanah air, tawaran itu langsung saya laporkan kepada
Bung Karno. Saya lihat, tanpa banyak pikir lagi Bung Karno menyatakan:
Ya, diterima saja. Menurut pandangan saya pribadi memang seharusnya
begitu. Terlepas apa kepentingan RRT memberikan persenjataan gratis
kepada kita, asal bantuan itu tidak mengikat, mengapa tidak
diterima?
diterima?
Pernyataan Presiden Soekarno menerima bantuan RRT
itu lantas saya sampaikan kepada pimpinan RRT. Mereka gembira
mendengarnya. Mereka menyatakan bahwa akan segera menyiapkan barang
tersebut. Mereka juga meminta konfirmasi kepada kami, kapan barang bisa
dikirim. Hal ini saya sampaikan kepada Bung Karno.
Namun, masalah ini macet sampai di sini. Bung Karno
tidak segera menjawab, kapan barang itu bisa dikirim. Pihak RRT juga
tidak mengirimkan barang tersebut. Baru sekitar awal tahun 1965 Bung
Karno punya ide membentuk Angkatan Kelima. Tujuannya adalah untuk
menampung bantuan senjata dari RRT. Saat itu persenjataan untuk empat
angkatan (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan
Kepolisian) dianggap sudah cukup. Karena itu, agar bantuan senjata
tersebut bisa dimanfaatkan secara maksimal, Bung Karno punya ide
membentuk Angkatan Kelima. Jika persenjataan yang dikirim cukup untuk 40
batalyon, maka
Angkatan Kelima berkekuatan sekitar itu. Sebab tujuannya memang untuk memanfaatkan maksimal pemberian senjata gratis RRT.
Angkatan Kelima berkekuatan sekitar itu. Sebab tujuannya memang untuk memanfaatkan maksimal pemberian senjata gratis RRT.
Tetapi – ini yang sangat penting – Bung Karno belum
merinci bentuk Angkatan Kelima. Beliau hanya mengatakan demikian:
Angkatan Kelima tidak sama dengan angkatan yang sudah ada. Ini adalah
pasukan istimewa yang berdiri sendiri, tidak terkait dengan angkatan
lain. Hal ini perlu saya tegaskan, karena kemudian beredar isu bahwa
Angkatan Kelima adalah para buruh dan petani yang dipersenjatai. PKI
memang pernah mengatakan hal ini, tetapi Bung Karno belum pernah
merinci, bagaimana bentuk Angkatan Kelima itu.
Setelah Bung Karno jatuh dari kekuasaannya, isu ini dijadikan bahan
sejarah. Bahkan masuk di dalam buku sejarah yang dipelajari di sekolah.
Tentu Bung Karno tidak dapat membantah isu tersebut sebab sejak beberapa
waktu kemudian praktis Bung Karno menjadi tawanan Soeharto sampai
beliau meninggal dunia. Bung Karno sudah menjadi pihak yang terkalahkan,
sehingga masyarakat tidak lagi berpikir jernih melihat Bung Karno.
Kalau masyarakat berpikir jernih, pasti muncul analisis, hanya pimpinan
bodoh yang mempersenjatai buruh dan petani di negara yang relatif baru
lahir, karena jelas hal itu akan membuat negara dalam kondisi sangat
berbahaya. Semua tahu bahwa Bung Karno tidak bodoh. Atau, bisa jadi masyarakat saat itu ada yang berpikiran jernih, tetapi mereka tidak berani mengungkapkan. Bukankah pada zaman Orde Baru bicara politik – apalagi membahas sejarah versi Orba – bisa membuat yang bersangkutan tidak lagi bisa pulang ke rumahnya?
berbahaya. Semua tahu bahwa Bung Karno tidak bodoh. Atau, bisa jadi masyarakat saat itu ada yang berpikiran jernih, tetapi mereka tidak berani mengungkapkan. Bukankah pada zaman Orde Baru bicara politik – apalagi membahas sejarah versi Orba – bisa membuat yang bersangkutan tidak lagi bisa pulang ke rumahnya?
Meskipun saat ide tersebut dilontarkan oleh Bung
Karno belum ada embel-embel buruh dan petani dipersenjatai, tetapi
kalangan militer tidak setuju. Menpangad Letjen A Yani sudah
menyampaikan langsung kepada Presiden bahwa ia tidak setuju dibentuk
Angkatan Kelima. Para jenderal lainnya mendukung sikap Yani. Mereka
tidak setuju ada angkatan lain. Empat angkatan dianggap sudah cukup.
Setelah Yani menyampaikan sikapnya kepada Presiden, masalah ini kemudian
menjadi pembicaraan di kalangan elite politik. Dan pembicaraan tentang
itu menjadi berlarut-larut. Juga muncul banyak spekulasi tentang bentuk
Angkatan Kelima.
Muncul pula berbagai praduga tentang penolakan Yani terhadap ide Bung Karno itu. Sementara, Bung Karno sendiri tetap tidak menjelaskan secara rinci bentuk Angkatan Kelima tersebut. Saya sebagai orang yang paling dekat dengan Bung Karno saat itu pun tidak diberitahu.
Muncul pula berbagai praduga tentang penolakan Yani terhadap ide Bung Karno itu. Sementara, Bung Karno sendiri tetap tidak menjelaskan secara rinci bentuk Angkatan Kelima tersebut. Saya sebagai orang yang paling dekat dengan Bung Karno saat itu pun tidak diberitahu.
Sampai akhirnya Bung Karno memanggil Yani.
Dijadwalkan, Yani akan diterima oleh Presiden di Istana Negara pada
tanggal 1 Oktober 1965 pukul 08.00 WIB. Agendanya, Yani akan ditanya
lagi tentang Angkatan Kelima. Seorang sumber saya mengatakan, ketika
Yani menerima surat panggilan dari Presiden, beberapa hari sebelum 1
Oktober 1965, Yani sempat mengatakan: Saya
mungkin akan dicopot dari Menpangad, sebab saya tidak setuju Angkatan Kelima. Ucapan Yani ini juga cepat menyebar. Bahkan beredar isu di kalangan petinggi AD bahwa pengganti Yani adalah orang kedua di AD, yakni Gatot Subroto. Namun Yani dibunuh beberapa jam sebelum ia menghadap Presiden Soekarno. Jika diperkirakan Yani dibantai sekitar pukul 04.00 WIB, berarti empat jam kemudian mestinya ia menghadap Presiden.
mungkin akan dicopot dari Menpangad, sebab saya tidak setuju Angkatan Kelima. Ucapan Yani ini juga cepat menyebar. Bahkan beredar isu di kalangan petinggi AD bahwa pengganti Yani adalah orang kedua di AD, yakni Gatot Subroto. Namun Yani dibunuh beberapa jam sebelum ia menghadap Presiden Soekarno. Jika diperkirakan Yani dibantai sekitar pukul 04.00 WIB, berarti empat jam kemudian mestinya ia menghadap Presiden.
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.